Minggu, 03 Februari 2013

Blora


Kabupatèn Blora 

Salah satu kabupaten di Jawa Tengah, lokasinya di sisi Timur, Berbatasan dengan Propinsi Jawa Timur, sekitar 127 km sisi timur Semarang. Kota Blora itu ibukota kabupatèn, dari kota yang lainnya  : Cepu, Ngawen, Kunduran, Jepon, Jiken,Doplang, Randublatung, Kradenan dan yang lain. Luas wilayah Kabupatèn ini ± 1.794,40 km2 atau 179.440 hektar. Salahatu daerah yang dialiri Bengawan Solo yang disebut Bengawan Soré, terkenal karena daerah ini yang jadi lokasi perang antara Arya Penangsang dan Sutawijaya yang di ceritakan di legenda Arya Jipang. Selain legenda Arya Penangsang dengan kuda Gagak Rimang, Kabupatèn Blora juga terkenal dengan adanya ajaran ajaran Saminisme yang asli dari daerah Klopodhuwur Blora. Masyarakat Samin ini sering banget di jadikan obyèk penelitian oleh para mahasiswa atau penelitian yang lain dari Universitas Gadjah Mada Dan Lembaga yang lainnya



SEJARAH

Dari jaman Keraton Pajang sampai jaman Keraton Mataram Kabupatèn Blora berupa daerah bagus disebabkan sebagai pusat pemerintahan keraton, sebab Blora terkenal dengan hutan jati. Blora semenjak di tetapkan menjadi daerah  Kabupatèn yaitu pada hari Kamis Kliwon, tanggal 2 Sura tahun Alib 1675, ataupun tanggal 11 Desember 1749 Masehi,dan sampai sekarang menjadi  HARI JADI KABUPATEN BLORA. Bupati yang pertama yaitu WILATIKTA. Sejarah perjalanan masyrakat Blora melawan penjajah Blanda  yang di dipelopori oleh para petani diawali akhir abad ka 19 dan awal abad ka 20. Perlawanan para tani itu tadi dikarenakan dari semakin mahalnya pajak oleh Blanda.Pajak Kepala yang di terapkan sejak tahun 1882 memang di rasa berat oleh para petani yang di pimpin oleh Samin Surosentiko mulai perlawanan yang dikenal di sejarah  Gègèr Samin.

GEOGRAFIS

Kabupatèn Blora mempunyai wilayah yang sempit 30 sampai 280 m Dari atas permukaan laut,wilayah yang paling tinggi 500 m dari atas permukaan laut. Kecamatan Japah yaitu wilayah yang paling tinggi, terus Kecamatan Cepu wilayah yang paling rendah sendiri. Wiayah kabupaten blora di himpit oleh Pagunungan Kendheng Lor dan Pagunungan Kendheng Kidul, yang berbahan matrial 56 %gromosol, 39 % mediteran dan 5 % aluvial. Menurut pemerintah, daerah hutan yang wilayahnya paling luas yaitu kurang lebih dari 90 hektar atau 49,66 persèn, di ikuti lahan sawah kurang lebih 46 hektar dan ladang 26 hektar.  Kecamatan Cepu yang terkenal dengan hasil tambang(Blok Cepu), yang menjadi batas dari wilayah Propinsi Jawa Timur (Kabupatèn Bojonegara Dan Kabupatèn Ngawi). Pembatas alam yaitu sungai Bengawan Solo.

GARIS ASTRONOMIS

Kabupatèn Blora ada di kisaran 111°0'16" sampai 111°33'8" Bujur Timur dan antara 6°5'28" Sampai 7°2'48" Bintang Selatan.
BATAS ADMINISTRATIF
·         Sisi Utara: Kabupatèn Rembang dan Kabupatèn Pathi
·         Sisi Timu: Kabupatèn Bojonegoro dan Jawa Timur
·         Sisi Selatan: Kabupatèn Ngawi Jawa Timur
·         Sisih Barat: Kabupatèn Grobogan

PEMERINTAHAN
Kabupatèn Blora mempunyai 16 kecamatan, 24 kelurahan dan 271 désa. Kecamatan-Kecamatan yang ada di Kabupatèn Blora yaitu:
·         Kecamatan Banjareja
·         Kecamatan Blora yang merupakan ibukota Kabupaten Blora
·         Kecamatan Bogorejo
·         Kecamatan Cepu
·         Kecamatan Japah
·         Kecamatan Jati
·         Kecamatan Jepon
·         Kecamatan Jiken
·         Kecamatan Kedungtuban
·         Kecamatan Kradenan
·         Kecamatan Kunduran
·         Kecamatan Ngawen
·         Kecamatan Randublatung
·         Kecamatan Sambong
·         Kecamatan Todanan
·         Kecamatan Tunjungan

EKONOMI

     Pertanian yang menjadi sector utama perekonomian Kabupatèn Blora. Padi, téla pohung, cabai merah, jadi produk unggulan masyarakat petani di Blora.tetapi banyak lahan persawahan yang belum mendapatkan irigasi perairan,sehingga para petani hanya bias panen satu tahun sekali.Pada saat kemarau petani pada menanam semangka, timun, ataupun krai. Dan yang dari sektor kahutanan sudah terbukti Kabupatèn Blora sudah terkenal dari dulu daerah yang menghasilkan kayu jati yang berkualitas paling bagus di propinsi jawa tengah’kurang lebih 49.66 persen luas tanah Kabupaten Blora di gunakan menjadi hutan Negara yang menjadi 3 kesatuan administrasi yaitu KPH Cepu,Rndublatung,Blora.

PEDAGANG

     Komoditas perdagangan yang paling utama di Blora berupa produk kayu jati, misalnya industri asil kayu, mèbel, kerajinan kayu gémbol, kerajinan sovenir dari bahan kayu jati. Yang lain juga ada produk-produk hasil apertanian padi atau beras, pisang, jagung, ketéla, cabai dan lainnya.

PERTAMBANGAN

     Kabupatèn Blora sejak jaman Blanda sudah terkenal menjadi daerah penghasil minyak bumi. Jaman dulu diolah oleh Perusahaan Blanda BPM.Sampai sekarang masih ada bekas berupa sumur-sumur minyak yang masih menggunakan pompa. Selain itu juga ada Akademi Migas di daerah Sorogo yang sekarang namanya Pusat Pendidikan Latihan Migas.Setelah fakum beberapa tahun,tidak ada perubahan lagi,tiba-tiba di tahun 2006 di temukan cadangan minyak yang banyak sekali di daerah BLORA dan Bojonegoro yang terkenal dengan daerah Blog CepuLahan tanah yang menjadi sumbr Minyak Blog Cepu Luasnya 45 Km dari sebelak Timur daerah kapas Bojonegoroyang sebelah Barat Kedong Tuban, Kabupatèn Blora itu, kira-kira mempunyai cadangan minyak 650 juta barel dan 1,7 triliun cubic feet gas alam. Masyarakat Indonesia terutama warga Blora dan BojonegoroI laksanakan ahir tahun 2007.


TRANSPORTASI

    Kabupatèn Blora di lintasi Jalan propinsi yang menghubungkan ke kota Semarang dan kota Surabaya melewati kota Purwodadi.Jalan lain yang menghubungkan kota Rembang, Blora, Cepu, Bojonegoro, Suroboyo. Yang arah ke selatan Cepu bisa melintasi Ngawi lalu Mediun atau Sragen. Jalur kreta juga melewati Kabupatèn Blora, yaitu jalur Jakarta-Suroboyo yang berhenti di Stasiun Cepu.

DAFTAR BUPATI BLORA
Daftar Bupati Blora sejak taun 1749-2012:[4]
1.    Toemenggoeng Wilatikta (1749-1762)
2.    Toemenggoeng Djajeng Tirtanata (1762-1782)
3.    R.T. Tirtakoesoema (1782-1812)
4.    R.T. Prawirajoeda (1812-1823)
5.    R.T. Tirtanegara (1823-1742)
6.    R.T.A. Tjakranegara I (1842-1843)
7.    R.T. Tirtanegara (1843-1847)
8.    R.T. Natawidjaja (1847-1857)
9.    R.T.A. Tjakranegara II (1857-1886)
10. R.M.T. Tjakranegara III (1886-1912)
11. R.M. Said Abdoelkadir Djaelani (1912-1926)
12. R.M. Tjakraningrat (1926-1938)
13. R.M. Moerdjana Djajadigda (1938-1942)
14. R.M. Soedjana (1942-1945)
15. Mr. Iskandar (1945-1948)
16. R. Wibisono (1948-1949)
17. R. Siswadi Djajadigda (1949-1952)
18. R. Soedjono (1952-1957)
19. R. Soenartio (1957-1960)
20. R. Soekirno Sastrodimedjo (1960-1967)
21. Srinardi (1967-1973)
22. Soepandi Joedodarmo (1973-1979)
23. H. Soemarno, S.H (1979-1989)
24. H. Soekardi Hardjoprawiro, MBA (1989-1999)
25. Ir. H. Basuki Widodo (1999-2007)
26. R.M. Yudhi Sancoyo (2007-2011)
27. Djoko Nugroho (2011-sekarang)






Tidak ada komentar:

Posting Komentar