ASAL MULA TERJADINYA SUMBER LUMPUR KESONGO
Sumber Lumpur kesongo merupakan sebuah keajaiban alam yang ada di Area Perhutani KPH Randublatung Blora, terletak di Petak 141 RPH Padas BKPH Trembes, Luasnya + 100 Ha berupa hamparan tanah kosong yang sebagian ditumbuhi rumput serta beberapa kubangan air / rawa – rawa. Jarak dari Kota Randublatung sekitar 30 Kmkearah Barat (Kecamatan Gabus Kabupaten Grobogan)
Semburan lumpur yang terjadi di Kesongo tidak sebesar semburan yang terjadi di LAPINDO-Sidoarjo. Namun lokasi semburan di Kesongo berjumlah banyak dan menyebar. Proses semburan lumpur pun cukup unik karena kejadiannya menyerupai proses muntahnya magma dari gunung berapi.
Bentuk lokasi semburan lumpurpun menyerupai bentuk miniatur dari gunung berapi. Kumpulan dari semburan lumpur ini sangat menyerupai kumpulan gunung berapi yang saling berdekatan yang sedang berlomba mengeluarkan magma dari perut bumi.
Pada waktu tertentu semburan lumpur di Kesongo menjadi besar yang terjadi dalam seharian. Besarnya semburan kurang lebih sama dengan semburan di Bledug Kuwu Grobogan. Pada saat akan terjadinya ledakan besar pada Lumpur kesongo biasanya ditandai dengan adanya suara gemuruh dan gempa kecil terlebih dahulu.
Kawasan Lumpur Kesongo memiliki luas 119,1 ha, yang terdiri dari 3 tipe habitat. Ketiga tipe tersebut adalah kawasan semburan lumpur, kawasan rawa dan kawasan padang rumput (savanna). Kawasan semburan lumpur merupakan kawasan yang dipenuhi oleh lumpur yang keluar dari perut bumi, pada daerah ini tidak ada vegetasi yang bisa hidup.
Kawasan yang menjadi daerah semburan lumpur memiliki luas kurang lebih 5 hektar. Pada kawasan ini biasanya dijadikan sebagai tempat masyarakat untuk meminta berkah pada Ki Joko Linglung. Pada saat setiap ritual, peziarah selalu membawa susu putih yang dituangkan ke dalam kawah lumpur agar permohonannya terkabul oleh Ki Joko Linglung.
Konon menurut masyarakat sekitar, susu putih merupakan makanan favorit dari Ki Joko Linglung. Selain sebagai tempat pemujaan lokasi semburan lumpur merupakan lokasi tempat bermain dan mencari makan beberapa jenis satwa yang hidup di sekitar lokasi tersebut. Kawasan padang rumput merupakan kawasan yang mayoritas ditumbuhi oleh vegetasi rumput. Kawasan savanna di Kesongo memiliki luas kurang lebih 112 ha.
Pada lokasi ini merupakan tempat mengembala ternak masyarakat sekitar. Selain itu masyarakat juga mengambil rumput untuk pemenuhan pakan ternak mereka yang di kandang di rumahnya. Selain dijadikan sumber pakan ternak masyarakat sekitar kawasan, kawasan padang rumput Kesongo juga merupakan habitat bagi beberapa jenis burung terrestrial dan amfibi.
Kawasan rawa Kesongo merupakan kawasan yang sepanjang tahun selalu di tutupi oleh air atau lumpur. Pada kawasan ini selain selalu di penuhi oleh air juga ditumbuhi oleh ilalang rawa. Selain itu, pada kawasan ini juga menjadi habitat burung air, reptil dan amfibi.
Bentuk lokasi semburan lumpurpun menyerupai bentuk miniatur dari gunung berapi. Kumpulan dari semburan lumpur ini sangat menyerupai kumpulan gunung berapi yang saling berdekatan yang sedang berlomba mengeluarkan magma dari perut bumi.
Pada waktu tertentu semburan lumpur di Kesongo menjadi besar yang terjadi dalam seharian. Besarnya semburan kurang lebih sama dengan semburan di Bledug Kuwu Grobogan. Pada saat akan terjadinya ledakan besar pada Lumpur kesongo biasanya ditandai dengan adanya suara gemuruh dan gempa kecil terlebih dahulu.
Kawasan Lumpur Kesongo memiliki luas 119,1 ha, yang terdiri dari 3 tipe habitat. Ketiga tipe tersebut adalah kawasan semburan lumpur, kawasan rawa dan kawasan padang rumput (savanna). Kawasan semburan lumpur merupakan kawasan yang dipenuhi oleh lumpur yang keluar dari perut bumi, pada daerah ini tidak ada vegetasi yang bisa hidup.
Kawasan yang menjadi daerah semburan lumpur memiliki luas kurang lebih 5 hektar. Pada kawasan ini biasanya dijadikan sebagai tempat masyarakat untuk meminta berkah pada Ki Joko Linglung. Pada saat setiap ritual, peziarah selalu membawa susu putih yang dituangkan ke dalam kawah lumpur agar permohonannya terkabul oleh Ki Joko Linglung.
Konon menurut masyarakat sekitar, susu putih merupakan makanan favorit dari Ki Joko Linglung. Selain sebagai tempat pemujaan lokasi semburan lumpur merupakan lokasi tempat bermain dan mencari makan beberapa jenis satwa yang hidup di sekitar lokasi tersebut. Kawasan padang rumput merupakan kawasan yang mayoritas ditumbuhi oleh vegetasi rumput. Kawasan savanna di Kesongo memiliki luas kurang lebih 112 ha.
Pada lokasi ini merupakan tempat mengembala ternak masyarakat sekitar. Selain itu masyarakat juga mengambil rumput untuk pemenuhan pakan ternak mereka yang di kandang di rumahnya. Selain dijadikan sumber pakan ternak masyarakat sekitar kawasan, kawasan padang rumput Kesongo juga merupakan habitat bagi beberapa jenis burung terrestrial dan amfibi.
Kawasan rawa Kesongo merupakan kawasan yang sepanjang tahun selalu di tutupi oleh air atau lumpur. Pada kawasan ini selain selalu di penuhi oleh air juga ditumbuhi oleh ilalang rawa. Selain itu, pada kawasan ini juga menjadi habitat burung air, reptil dan amfibi.
Di kawasan ini terdapat beberapa jenis burung yang termasuk kedalam jenis satwa RTE yang dilindungi oleh PP No.7 tahun 1999, IUCN dan Cites. Beberapa burung yang termasuk dalam kategori RTE yang terdapat di Kesongo adalah Cangak Abu (Ardea cinerea), Cangak Merah (Ardea purpurea), Bambangan Merah (Ixobrychus cinnamomues), Bangau Tongtong (Leptoptilos javanicus) dan Belibis Batu (Dendrocygnajavanica).
Keberadaan beberapa jenis burung air langka yang terdapat pada lokasi ini kemungkinan berasal dari daerah pantai dan danau yang terdapat cukup jauh dari lokasi ini. Kemungkinan mereka bermigrasi ke tempat ini karena di habitat aslinya telah terdesak oleh aktifitas manusia. Dikarenakan cocok dengan kondisi habitat di Kesongo, kemudian kawanan burung air ini membentuk koloni habitat barunya di kawasan Kesongo yang lebih aman dari gangguan manusia.
Mengingat keunikan dan fungsi ekologisnya yang sangat penting, kawasan Kesongo oleh Perum Perhutani Unit I KPH Randublatung bersama dengan Tropical Forest Trust (TFT) menetapkan kawasan ini sebagai kawasan lindung.
Selain itu kawasan kesongo merupakan kawasan yang teridentifikasi sebagai kawasan HCFV (High Conservation Value Forest). Dalam kawsan kesongo teridentivikasi sebagai kawasan HCV 1 kawasan migrasi satwa (rawa kesongo), HCV 2 Habitat satwa kunci (kuntul putih (Bubulcus ibis)), HCV 3 Ekosistem RTE (savanna dan rawa air tawar), HCV 5 Pemenuhan kebutauhan dasar (sumber pakan ternak/savanna), dan HCV 6 situs budaya (Kawasan sumber lumpur kesongo).
Sehingga penetapan kawasan kesongo sebagai kawasan lindung merupakan langkah yang tepat bagi KPH Randublatung. Untuk lebih mengoptimalkan fungsi lindung dari kawasan kesongo, KPH Randublatung berencana untuk membuat kawasan zona penyangga (buffer zone) terhadap kawasan Kesongo. Kawasan zona penyangga Kesongo merupakan kawasan hutan yang berbatasan langsung dengan kawasan Kesongo.
Untuk membuat kawasan zona penyangga ini, KPH Randublatung mengorbankan kawasan produksi yang berada di dekat kawasan kesongo. Saat ini kawasan yang akan dijadikan sebagai kawasan zona penyangga Kesongo masih merupakan kawasan hutan produksi dengan vegetasi mayoritas jati. Kedepannya kawasan hutan produksi (Jati) tersebut akan di bentuk menjadi kawasan Hutan Alam Sekunder.
Penggelolan yang ada dalam kawasan ini nantinya berupa pengelolaan untuk mendukung terbentuknya kondisi hutan alam sebagai kawasan pelindunganbiodiversity di KPH Randublatung. Hutan produksi yang akan diubah fungsi dan keperuntukannya sebagai kawasan lindung adalah seluas 631,2 ha.
Melihat keunikan, fenomena dan pesona alam yang dimiliki oleh kawasan Kesongo, kawasan ini sangat cocok untuk dikembangkan sebagai salah satu objek wisata minat khusus. Pengembangan objek wisata minat khusus bertujuan agar fungsi lindung dari kawasan ini tidak mengalami gangguan yang besar dari aktifitas kegiatan pariwisata.
DONGENG ASAL MULA TERJADINYA LUMPUR KESONGO
Pada suatu hari di belantara hutan Randublatung Ki Joko Linglung datang untuk melakukan pertapaan. Pada pertapaannya itu, Ki Joko Linglung menjelma menjadi seekor ular yang sangat besar. Pertapaan ini memakan waktu bertahun-tahun lamanya, sehingga tubuh ular penjelmaan Ki Joko Linglung tertutup oleh pepohonan dan tanaman merambat. Berdasarkan pesan sang guru, selama bertapa Ki Joko Linglung dilarang makan, kecuali ada sesuatu yang masuk kedalam mulutnya. Dalam pertapaannya, Ular “ Joko Linglung” membuka mulutnya, sehingga terlihat seperti mulut goa.
Suatu ketika, datanglah sepuluh anak pengembala mengembalakan sapinya di daerah tempat Ki Joko Linglung bertapa. Tiba-tiba terjadi hujan lebat sehingga kesepuluh pengembala itu mencari tempat berteduh. Secara tidak sengaja, salah satu dari sepuluh pengembala tersebut ada yang menemukan goa. Kemudian dia mengajak teman-temannya untuk berteduh di goa yang diketemukannya. Namun satu dari teman mereka tidak mau masuk ke dalam goa tersebut.
Pada saat berteduh kesembilan pengembala tersebut tidak menyadari kalau goa tempat mereka berteduh merupakan mulut dari ular penjelmaan Ki Joko Linglung yang sedang bertapa. Di dalam goa kesembilan anak tesebut memukul-mukulkan goloknya ke dinding goa. Dikarenakan terkejut dan kesakitan dengan adanya orang yang masuk ke dalam mulutnya, ular jelmaan Ki Joko Linglung pun menutup mulutnya. Dan kesembilan pengembala tadi pun tertelan ke dalam perut ular penjelmaan Ki Joko Linglung.
Satu teman mereka yang tidak masuk ke dalam mulut goa tersebut kaget melihat kejadian itu. Dan Ki Joko Linglung yang telah kekenyangan setelah memakan kesembilan anak pengembala tersebut mengeluarkan air liur dari mulutnya. Hal tersebut dikarenakan dia telah berpuasa bertahun-tahun lamanya. Air liur Ki Joko Linglung yang jatuh ke tanah (bumi) secara menakjubkan menjadi letupan-letupan sumber lumpur yang keluar dari perut bumi. Setelah merasa kenyang Ki Joko Linglung pun kembali melanjutkan proses pertapaannya dengan masuk ke perut bumi. Sumber lumpur yang keluar dari perut bumi itu, sampai saat ini terus keluar dengan lokasi yang berpindah-pindah.Pada saat tertentu terjadi letupan yang besar dan berlangsung seharian. Masyarakat sekitar menyakini lokasi lumpur yang berpindah-pindah itu merupakan tempat pertapaan Ki Joko Lingkung
Satu anak pengembala yang selamat itu pun pulang ke desanya. Dia kemudian menceritakan semua kejadian yang dialaminya bersama teman-temannya. Tempat semburan lumpur tersebut akhirnya dinamakan Kesongo atau Pesongo yang berasal dari kata apesnya cah songgo (sialnya anak sembilan). Dikarenakan cerita tentang kesaktian Ki Joko Linglung dan tempat pertapaannya tersebut berkembang di masyarakat luas, maka tempat ini pun sampai sekarang merupakan tempat yang banyak dikunjungi orang untuk melakukan ritual permohonan berkah kepada Ki Joko Linglung agar diberi kesuksesan dunia. Dalam setiap kegiatan ritual orang yang akan meminta berkah Ki Joko Linglung selalu membawa susu putih yang diyakini merupakan makanan kesukaan Ki Joko Linglung. Hal tersebut bertujuan agar keinginan peziarah dapat dikabulkan hajatnya oleh Ki Joko Linglung.
Suatu ketika, datanglah sepuluh anak pengembala mengembalakan sapinya di daerah tempat Ki Joko Linglung bertapa. Tiba-tiba terjadi hujan lebat sehingga kesepuluh pengembala itu mencari tempat berteduh. Secara tidak sengaja, salah satu dari sepuluh pengembala tersebut ada yang menemukan goa. Kemudian dia mengajak teman-temannya untuk berteduh di goa yang diketemukannya. Namun satu dari teman mereka tidak mau masuk ke dalam goa tersebut.
Pada saat berteduh kesembilan pengembala tersebut tidak menyadari kalau goa tempat mereka berteduh merupakan mulut dari ular penjelmaan Ki Joko Linglung yang sedang bertapa. Di dalam goa kesembilan anak tesebut memukul-mukulkan goloknya ke dinding goa. Dikarenakan terkejut dan kesakitan dengan adanya orang yang masuk ke dalam mulutnya, ular jelmaan Ki Joko Linglung pun menutup mulutnya. Dan kesembilan pengembala tadi pun tertelan ke dalam perut ular penjelmaan Ki Joko Linglung.
Satu teman mereka yang tidak masuk ke dalam mulut goa tersebut kaget melihat kejadian itu. Dan Ki Joko Linglung yang telah kekenyangan setelah memakan kesembilan anak pengembala tersebut mengeluarkan air liur dari mulutnya. Hal tersebut dikarenakan dia telah berpuasa bertahun-tahun lamanya. Air liur Ki Joko Linglung yang jatuh ke tanah (bumi) secara menakjubkan menjadi letupan-letupan sumber lumpur yang keluar dari perut bumi. Setelah merasa kenyang Ki Joko Linglung pun kembali melanjutkan proses pertapaannya dengan masuk ke perut bumi. Sumber lumpur yang keluar dari perut bumi itu, sampai saat ini terus keluar dengan lokasi yang berpindah-pindah.Pada saat tertentu terjadi letupan yang besar dan berlangsung seharian. Masyarakat sekitar menyakini lokasi lumpur yang berpindah-pindah itu merupakan tempat pertapaan Ki Joko Lingkung
Satu anak pengembala yang selamat itu pun pulang ke desanya. Dia kemudian menceritakan semua kejadian yang dialaminya bersama teman-temannya. Tempat semburan lumpur tersebut akhirnya dinamakan Kesongo atau Pesongo yang berasal dari kata apesnya cah songgo (sialnya anak sembilan). Dikarenakan cerita tentang kesaktian Ki Joko Linglung dan tempat pertapaannya tersebut berkembang di masyarakat luas, maka tempat ini pun sampai sekarang merupakan tempat yang banyak dikunjungi orang untuk melakukan ritual permohonan berkah kepada Ki Joko Linglung agar diberi kesuksesan dunia. Dalam setiap kegiatan ritual orang yang akan meminta berkah Ki Joko Linglung selalu membawa susu putih yang diyakini merupakan makanan kesukaan Ki Joko Linglung. Hal tersebut bertujuan agar keinginan peziarah dapat dikabulkan hajatnya oleh Ki Joko Linglung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar